Falling Rose Petals
Selamat Datang Sobat

Cari Blog Ini

Minggu, 25 November 2018

TEMA 3 PERISTIWA PENTING DALAM KELUARGA

A. Peristiwa Masa Lalu


Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Bu Tari masuk kelas.
Beliau memulai pelajaran. Anak-anak siap belajar.
“Apakah masa lalu itu?” tanya Bu Tari. “Masa yang sudah dilewati,” jawab Ana. “Masa yang pernah terjadi,” jawab Ian.
“Benar, anak-anak.
Ibu bangga pada kalian.
Peristiwa masa lalu penting.
Semuanya perlu dikenang.
Tidak boleh dilupakan.

Gambar 3.1 Foto keluarga.

Apalagi peristiwa dalam keluarga,” kata Bu Tari.
“Bagaimana caranya tahu masa lalu?” tanya Ujang.
“Banyak sekali caranya.
Bisa melalui dokumen. Dokumen berupa foto.
Dokumen berupa kaset.


Dokumen berupa rekaman video.

Bisa juga melalui cerita.
Bisa cerita tetangga. Bisa cerita saudara. Bisa cerita kerabat,” jawab Bu Tari.
“Apa saja peristiwa masa lalu itu, Bu?” tanya Ana.
“Peristiwa masa lalu bermacam-macam. Ada yang menyenangkan. Ada yang menyedihkan,” jawab Bu Tari.
“Sekarang giliran kalian.
Kerjakan tugas di rumah.
Ceritakan masa lalumu.
Bisa peristiwa menyenangkan. Bisa peristiwa menyedihkan,” pinta Bu Tari.
Bu Tari mengakhiri pelajaran IPS.
Anak-anak pulang ke rumah.
Mereka mengerjakan tugas.
Berusaha mengingat-ingat masa lalu.
Anak-anak selesai mengerjakan tugas.
Termasuk Ian, Ana, Ujang.
Mereka mengingat peristiwa keluarganya. Menuliskannya di buku tugas.
Keesokan harinya, anak-anak masuk sekolah lagi.
Mereka membacakan ceritanya.
Ibu Tari puas.
Beliau senang sekali.
Murid-muridnya rajin-rajin.
Berikut cerita mereka.

1.    Peristiwa yang Menyenangkan

a. Ujang punya adik 
Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Berikut cerita keluarga Ujang.
Oek-oek ....
Suara siapa itu?
Oh, itu suara adik bayi. Itu adiknya Ujang.
Adiknya laki-laki. Namanya Ali.
               Umurnya tiga hari.
Ali lahir di rumah sakit.
Ujang ikut menunggu ibunya.
Ujang sangat takut.
Ibunya kesakitan saat melahirkan.
Ujang tidak tega melihatnya.
Ujang jadi tahu.
Melahirkan itu sangat sakit.
Ibunya berjuang keras.
Mempertaruhkan nyawa.
Ujang makin menyayangi ibunya.
Ujang menyayangi Ali.
Ingin Ali cepat besar.
Biar bisa bermain.
Bisa diajak bermain bersama.
Ujang senang sekali.
Ujang selalu mengingatnya. Peristiwa itu menyenangkan keluarganya.


b. Kakak Ian menikah



Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Berikut cerita keluarga Ian.
Lihat rumah itu.
Kok, ada tendanya, ya? Ada tenda biru.
Ada tenda kuning.
Rumah Ian dihiasi.
Dihiasi kertas hias.
Dihiasi janur kuning. Ada apa, ya?
Ternyata ada pernikahan.
Kakak Ian menikah.
Kakak Ian bernama Oli.
Kakak Ian perempuan.
Ia menikah dengan tetangganya.
Banyak tamu datang.
Mereka memberi ucapan selamat.
Ada yang bawa kado.
Ian senang mengingatnya.
Ian senang menceritakannya.

2.    Peristiwa yang Menyedihkan

Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas. Berikut cerita Ian.
Clitt ... brak ... krompyang ....
Wah, suara apa itu?
Astaga ada kecelakaan.
Ada sepeda terserempet motor.
Pengendara sepedanya Ian. Ian terserempet motor. 
Sepeda Ian rusak.
Tangan Ian keseleo.
Pengendara motor jatuh.
Kakinya lecet-lecet.
Ian dibawa ke rumah sakit. Dia ditunggu orang tuanya.
“Kenapa bisa kecelakaan, Ian?” tanya ibu Ian.
“Ian yang salah, Bu.
Tadi Ian melamun.
Ian mengantuk.
Tidak tahu ada motor. Motor belok ke kanan. 
Ian menabrak roda belakangnya,” jawab Ian.
“Oh, jadi begitu.
Lain kali harus berhati-hati.
Tidak boleh melamun. Waspadai kendaraan lain,” kata ayah Ian.
“Baik, Pak.
Ian minta maaf. Ian sangat menyesal,” kata Ian.
Ian mengingatnya.
Ian tak akan mengulanginya. Itu peristiwa menyedihkannya. 
b. Rumah Ana terbakar 


Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.


“Tolong-tolong ...,” teriak Ana. “Eh, dengar itu? Ada yang minta tolong,” kata Pak Rudi.

Pak Rudi tetangga Ana.
“Oh, dari rumah Ana. Api berkobar besar.
Rumahnya kebakaran.
Ayo kita tolong,” sahut seorang warga.
Ada yang bawa selang.
Semua warga membantu.
Ada yang bawa ember.
Semua bahu-membahu.
Api akhirnya berhasil dipadamkan.
“Syukurlah kamu selamat.
Keluargamu juga selamat. Tapi rumahmu terbakar. Seluruh isinya terbakar,” kata Pak Rudi.
“Iya, Pak.
Terima kasih banyak.
Warga bersedia membantu kami,” kata ayahnya Ana.
Banyak tetangga membantu.
Ada yang memberi pakaian.
Ada yang memberi makanan.
“Kenapa bisa kebakaran, Pak?” tanya Pak Rudi.
“Begini ceritanya, Pak.
Ibu Ana memasak.
Memasak memakai kompor.
Kompor lama tidak dipakai.
Satu sumbunya hilang.

Tapi ibu Ana tidak tahu.
Ibu Ana lalu menyapu.
Menyapu halaman.
Kompornya ditinggal.
Kompor lama dipakai.
Kompor menjadi panas.
Kompor itu meledak.
Kemudian menyulut kayu.
Kayu itu terbakar.
Api berkobar besar.

Merembet ke seluruh rumah,” jelas ayah Ana.
“Oh jadi begitu.
Saya turut bersedih, Pak. Bapak yang sabar, ya,” kata Pak Rudi.
“Iya, Pak.
Terima kasih banyak,” jelas ayah Ana.
Ana selalu mengingatnya. Itu peristiwa menyedihkan.
Tidak ingin terulang lagi.
c. Pencurian 
Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Berikut cerita keluarga Ian.
Ian duduk dengan ayahnya.
Mereka duduk di teras. Ayah Ian bercerita. “Banyak peristiwa di keluarga kita. Salah satunya peristiwa menyedihkan.


Dulu ada pencuri.

Pencuri memasuki rumah kita. Dia mencuri televisi. Mencuri radio tape,” kata ayahnya Ian.
“Kapan peristiwa itu terjadi?.
 Kok saya tidak tahu,” tanya Ian.
“Sudah lama terjadinya.
Kamu masih kecil. Jadi kamu tidak ingat,” jawab ayahnya Ian. “Oh, begitu, Pak.
Apakah pencurinya tertangkap?” tanya Ian.
“Pencurinya belum sempat lari.
Ayah berteriak.
Ayah minta tolong.
Semua tetangga datang.
Pencuri berhasil ditangkap. Dibawa ke kantor polisi,” jawab ayahnya Ian. 
“Kenapa dibawa ke kantor polisi? Kenapa tidak dipukuli saja?” tanya Ian.
“Itu dilarang, Ian.
Namanya main hakim sendiri.
Pencuri dilarang dipukuli sendiri.
Harus dibawa ke kantor polisi. Pencuri akan dihukum. Pencuri akan dipenjara,” jawab ayahnya Ian.
Keluarga Ian selalu mengingatnya.
Itu peristiwa menyedihkan.
Tidak mau terulang lagi.


B. Urutan Peristiwa Penting

Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Berikut cerita keluarga Ian.
Ian duduk di teras.
Ayahnya masih menemani.
Mereka melanjutkan cerita.
“Pak, bagaimana cerita keluarga kita terbentuk?” tanya Ian.
“Oh, ceritanya panjang. Banyak peristiwa yang dilalui,” jawab ayah Ian.
“Ayo Pak, tolong ceritakan,” bujuk Ian.
“Baiklah. Dengarkan baik-baik. Peristiwa pertama keluarga kita adalah pernikahan. Ayah menikah dengan ibumu.
Ayah menikah pada umur 25 tahun.    
Ibu berumur 20 tahun. 
Awalnya ayah ibu Utara. tinggal di rumah kakek.
Setiap hari ayah bekerja.
Ayah mengumpulkan uang.
Ayah rajin menabung.
Agar bisa membangun rumah. Setelah satu tahun, ayah ibu membangun rumah.
Setelah 3 bulan rumah selesai dibangun.
Ayah ibu pindah ke rumah baru.
Waktu itu ibu hamil.
Ibu mengandung kakakmu.
Usia kandungannya 3 bulan.
Ayah dan ibu bahagia. Tinggal di rumah baru.
Ayah ibu hidup sederhana.
Ayah rajin menabung.
Guna persiapan kelahiran kakakmu.
Setelah 9 bulan 10 hari kakakmu lahir.
Kakakmu lahir tanggal 6 Juli 1996.
Kakakmu lahir di rumah bersalin “Kasih Bunda”. Rumah bersalin adalah rumah sakit tempat ibu-ibu melahirkan. Keluarga tambah bahagia.
Semua menyambut gembira. Nama kakakmu pemberian kakek.. Namanya Oli Simbolon.
Kakakmu umur 1 tahun, mulai berjalan.
Paman membelikannya sepeda roda tiga. Kakakmu senang sekali.
Usia 4 tahun kakakmu sekolah di TK “Perwita”.
Kemudian ibu mengandung lagi.
Ibu mengandung kamu, Ian.
Kamu dilahirkan di rumah bersalin “Kasih Bunda”. Setelah kamu lahir, ibu ikut program KB (Keluarga Berencana).

Berat badanmu 3 kilogram. Kamu tampak lucu sekali. Tanggal kelahiranmu hampir sama dengan kakakmu.
Hanya beda 3 hari.
Tanggal lahirmu 9 Juli 2000.
Usiamu 1 tahun.
Kamu sudah bisa berjalan. Tiga bulan kemudian kamu mulai bisa berbicara.
Setiap hari belajar berbicara.
Bicaramu masih terbata-bata. Ayah, ibu, dan kakakmu tertawa mendengar kamu bicara. Usia 4 tahun kamu masuk sekolah TK.
Setiap hari diantar ibu. Kamu selalu rukun dengan kakakmu,” kata ayahnya Ian.
“Maaf, Pak.
Bagaimana kebiasaanku waktu kecil?” tanya Ian.
“Waktu kecil, kamu selalu tidur dengan guling. Kamu tidak bisa tidur, tanpa guling. Kamu selalu mencarinya. Kalau tidak ketemu, kamu menangis.
Guling itu bau dan kusam. Guling itu masih ayah simpan,” jawab ayahnya Ian.
Ian malu mendengarnya.

Sekarang Ian kelas 2.
Usia Ian 9 tahun.
Kak Oli sudah dewasa.
Umurnya 24 tahun.
Kak Oli sudah menikah.
Nah, begitu Ian.
Hidup manusia berjalan berurutan, dan tidak terulang lagi. Maka dari itu, manfaatkanlah waktumu sebaik-baiknya. Agar tidak menyesal nanti,” nasihat ayahnya Ian.
Ian senang sekali. Dia tahu peristiwa penting di keluarga secara berurutan. Ian jadi makin sayang dengan keluarganya.

C. Hubungan Antarperistiwa

1.     Ian sakit

Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Ian sedang sakit.
Dirawat di rumah sakit.
Teman-temannya menjenguk.
“Ayo, teman-teman menjenguk Ian,” ajak Ujang.
“Baiklah, ayo berangkat.
Ian dirawat di rumah sakit. Tadi Ian kecelakaan,”
               kata Ana.

Paginya saya bangun kesiangan.
Saya tergesa-gesa naik sepeda.
Saya masih mengantuk.
Saya paksakan naik sepeda. Ketika membelok tiba-tiba, brak ....
Kecelakaan itu terjadi,” 
“Lalu apa yang terjadi?” tanya Ujang.
“Saya pingsan.
Saya tidak sadar.
Tidak ingat apa-apa. Ketika siuman, sudah di rumah sakit. Saya sangat menyesal.
Tak mau mengulanginya,” cerita Ian.
2. Banjir di mana-mana
Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Ujang dan Ana masih di rumah sakit.
Mereka menjenguk Ian.
Ian sakit karena kecelakaan.
Penyebabnya karena Ian mengantuk.
Ian masih bisa bercerita.
Lukanya tidak parah.
Tangannya keseleo.
Kakinya lecet.
Lukanya hanya lecet-lecet.
“Oh, iya Ujang, katanya rumahmu kebanjiran?” tanya Ian.
“Benar, Ian.
Semuanya terendam air. Rumah terendam air. Sawah terendam air,” jawab Ujang. 
“Bagaimana dengan penduduknya?” tanya Ana.
“Penduduknya semua mengungsi. Ada di balai desa. Ada di tenda-tenda,” jawab Ujang.
“Aduh, kasihan sekali.
Mengapa bisa banjir, ya?” tanya Ian. 
Ayah Ian datang.
Beliau dari apotek.
Apotek tempat membeli obat.
Beliau ikut berbincang-bincang.
“Banjir banyak penyebabnya. Banyak pohon ditebangi. Hutan-hutan digunduli,” jelas ayah Ian.
“Apakah sampah bisa menyebabkan banjir, Pak?”  tanya Ujang.
“Oh, bisa Ujang.
Sampah bisa menyebabkan banjir.
Apalagi yang dibuang ke sungai. Sampah menyumbat sungai.

Sungai menjadi dangkal.
Aliran air tidak lancar. Jika musim hujan, sungai tidak bisa menampung air. Sehingga terjadi banjir. Untuk itu, jangan
membuang sampah sembarangan. Apalagi ke sungai,” jelas ayahnya Ian.
“Apa akibat banjir itu?” tanya Ana.
“Banjir sangat merugikan.
Menyengsarakan banyak orang.
Penduduk kehilangan rumah.
Menghanyutkan harta benda.
Banyak ternak mati.
Sawah terendam air.
Petani menjadi gagal panen.
Sekolahan terendam air.
Anak-anak tidak bisa bersekolah. Bukunya terbawa banjir. Tas dan sepatu rusak,” jawab ayah Ian. “Akibat lainnya apa lagi?” tanya Ian.
“Oh, ada lagi.
Lingkungan menjadi kotor.
Lingkungan terendam lumpur.
Lumpur kotor dari sungai.


Banyak sampah berserakan.

Penduduk jadi terjangkit penyakit.
Ada penyakit muntaber.
Ada penyakit diare.
Ada penyakit demam berdarah. Ada penyakit kulit,” jelas ayahnya Ian. Mereka selesai bercerita.
Waktunya Ian beristirahat.  Sebelumnya, Ian minum obat. 
Ujang dan Ana pulang.

D. Pengaruh Peristiwa Masa Lalu

Bacalah dengan nyaring. Jika belum lancar, ejalah dengan jelas.
Suasana kelas dua gaduh.
Badu membawa mainan ular-ularan. Ular-ularan dari karet.
Ana takut.
Ana menjerit.
Ana menangis.
Dia jatuh pingsan. 
Ana dibawa ke UKS. 
UKS adalah Usaha Kesehatan Sekolah. Ana beristirahat di UKS.
“Apa yang terjadi, Ana? Kenapa takut mainan ular?” tanya Bu Tari.
“Saya takut ular, Bu.
Waktu kecil digigit ular.
Tapi ular tidak berbisa.
Ular menggigit kakiku. Kakiku berdarah.
Saya menangis.
Saya minta tolong. Saya ditolong tetanggaku. Dia pemberani.
Ular itu diambilnya.
Kemudian dilepaskan di hutan.
Supaya tidak mengganggu lagi.
Sejak itu, saya takut ular. Walaupun hanya ular mainan,” cerita Ana.
Bu Tari memberi nasihat.
“Begini Ana, masa lalu bisa berpengaruh terhadap masa kini.
Ana, jadilah anak pemberani.
Jangan takut lagi.
Ular tidak akan mengganggumu. Jika kamu tidak mengganggunya,” nasihat Bu Tari.
“Baik, Bu,” jawab Ana.
Bu Tari memanggil Badu.
Beliau tidak memarahi Badu.
Beliau menasihati Badu.
Badu disuruh minta maaf.
Badu mendekati Ana.
Badu meminta maaf.
Ana memaafkan Badu.
Semuanya kembali ke kelas.
Bu Tari melanjutkan pelajaran.


“Anak-anak, dengarkan baik-baik.

Perilaku Badu jangan ditiru.
Itu perbuatan tidak baik.
Kalian harus menghindarinya. Perilaku seseorang bermacam-macam.
Ada yang baik.
Ada yang buruk.
Ada yang kurang baik.
Banyak contoh perilaku baik.
Misalnya rajin belajar.
Rajin membantu orang tua.
Selalu berkata jujur.
Banyak contoh perilaku buruk.
Misalnya suka mencuri. Suka berbohong.
Malas belajar.  Perilaku baik harus dicontoh.
Perilaku buruk harus ditinggalkan. Perilaku kurang baik, harus diperbaiki.
Agar menjadi anak baik perhatikan contoh berikut. 

1.    Perilaku yang Dipertahankan

Ana anak rajin.
Belajar dan bekerja.
Ia belajar tiap hari.
Tugas-tugas dikerjakannya sungguh-sungguh.
Di rumah Ana rajin.
Suka membantu orang tuanya.
Ana mencuci piring.
Ana menyapu halaman.
Membersihkan kamar tidurnya.
Di sekolah Ana berprestasi.
Mendapat rangking pertama.
Tingkah lakunya sopan. Ana tidak sombong.
Sudahkah kamu berperilaku demikian?
Jika belum, lakukan mulai sekarang.
Jika sudah, pertahankan dan tingkatkanlah.

2.    Perilaku yang Perlu Ditinggalkan

Badu sering terlambat tidur.
Badu suka menonton televisi.
Menonton sampai larut malam.
Pagi harinya bangun kesiangan.
Sering terlambat sampai sekolah. Badu sering dihukum.
Sampai rumah,                          
Badu langsung bermain.
Badu tidak makan siang. Tidak tidur siang.
Bapak ibunya selalu menasihati.
Badu selalu membantah.
Tidak mau menurutinya. Rapor Badu jelek.

Badu jadi malu.
Malu pada gurunya.
Malu pada temannya.
Malu pada orang tuanya.
Badu juga bandel.
Suka mengganggu temannya.
Badu tidak punya teman.
Teman-teman takut padanya.
Badu suka membantah. Suka berkata kasar.
Jika bermain, tidak pernah pamit.
Suatu hari ada polisi.
Polisi ke rumah Badu.
Polisi itu memberi kabar.
Badu tertabrak sepeda motor.
Badan Badu luka.
Badu dirawat di rumah sakit.
Orang tua Badu menjenguk.
Badu sudah siuman.
Badu menangis keras.
Badu menyesali perbuatannya. Badu berjanji akan menjadi anak yang baik. Mematuhi orang tuanya.
Pamit ketika pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar